Rabu, 27 Juni 2012

makalah tugas tekom


HEDONISME
Makalah Ini disusun untuk Memenuhi Tugas Matakuliah Teknik Komunikasi
TKP 050

   


ELISTA SARI S.
21040111060043

PROGRAM DIPLOMA III
PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2012

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang
Uang merupakan alat tukar menukar yang digunakan oleh masyarakat untuk mendapatkan suatu hal. Dengan adanya uang, pertukaran barang terasa lebih adil. Namun disatu sisi, uang dapat menimbulkan dampak yang sangat negatif, yaitu munculnya paham moneytheisme yang akhirnya berujung pada paham hedonisme. Moneytheisme merupakan hal yang sudah sangat lumrah di setiap kalangan. Sejalan dengan moneytheisme tersebut, berkembang pula paham hedonisme. Moneytheisme dan hedonisme sering diartikan sebagai pendewaan terhadap uang dan kenikmatan.
Pada zaman ini, manusia tidak lagi memiliki rasa cinta sosial, melainkan rasa cinta akan uang. Seperti halnya yang telah diungkapkan di atas, kenikmatan yang ingin dicapai tersebut dipuaskan dengan cara berfoya-foya atau menghambur-hamburkan uang yang menimbulkan pergaulan bebas pada kalangan remaja. Tidak adanya pantauan dari orang tua terhadap uang dan fasilitas yang diberikan, mengakibatkan anak tersebut terkena paham hedonisme.

1.2  Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah ini, antara lain :
  1. Apakah Hedonisme itu?
  2. Bagaimana Hedonisme di kalangan remaja dalam ilmu sosial?

1.3  Tujuan dan Sasaran
  1. Mengetahui apakah hedonisme itu
  2. Mengetahui hedonisme di kalangan remaja dalam ilmu sosial.


BAB II
PEMBAHASAN

Hedonisme adalah paham sebuah aliran filsafat dari Yunani. Tujuan paham aliran ini, untuk menghindari kesengsaraan dan menikmati kebahagiaan sebanyak mungkin dalam kehidupan di dunia. Kala itu, hedonisme masih mempunyai arti positif. Dalam perkembangannya, penganut paham ini mencari kebahagiaan berefek panjang tanpa disertai penderitaan. Mereka menjalani berbagai praktik asketis, seperti puasa, hidup miskin, bahkan menjadi pertapa agar mendapat kebahagiaan sejati.
2.1 Hedonisme Menurut Beberapa Ahli
Hedonisme menurut Pospoprodijo (1999:60) kesenangan atau (kenikmatan) adalah tujuan akhir hidup dan yang baik yang tertinggi. Namun, kaum hedonis memiliki kata kesenangan menjadi kebahagiaan. Kemudian Jeremy Bentham dalam Pospoprodijo (1999:61) mengatakan bahwasanya kesenangan dan kesedihan itu adalah satu-satunya motif yang memerintah manusia, dan beliau mengatakan juga bahwa kesenangan dan kesedihan seseorang adalah tergantung kepada kebahagiaan dan kemakmuran pada umumnya dari seluruh masyarakat.
Adapun hedonisme menurut Burhanuddin (1997:81) adalah sesuatu itu dianggap baik, sesuai dengan kesenangan yang didatangkannya. Disini jelas bahwa sesuatu yang hanya mendatangkan kesusahan, penderitaan dan tidak menyenangkan, dengan sendirinya dinilai tidak baik. Orang-orang yang mengatakan ini, dengan sendirinya, menganggap atau menjadikan kesenangan itu sebagai tujuan hidupnya.
Menurut Aristoteles dalam Russell (2004:243) kenikmatan berbeda dengan kebahagiaan, sebab tak mungkin ada kebahagiaan tanpa kenikmatan. Yang mengatakan tiga pandangan tentang kenikmatan: (1) bahwa semua kenikmatan tidak baik; (2) bahwa beberapa kenikmatan baik, namun sebagian besar buruk; (3) bahwa kenikmatan baik, namun bukan yang terbaik. Aristoteles menolak pendapat yang pertama dengan alasan bahwa penderitaan sudah pasti buruk, sehingga kenikmatan tentunya baik. Dengan tepat ia katakan bahwa tak masuk akal jika dikatakan bahwa manusia bisa bahagia dalam penderitaan: nasib baik yang sifatnya lahiriyah, sampai taraf tertentu, perlu bagi terwujudnya kebahagiaan. Ia pun menyangkal pandangan bahwa semua kenikmatan bersifat jasmaniah; segala sesuatu mengandung unsur rohani, dan kesenangan mengandung sekian kemungkinan untuk mencapai kenikmatan yang senantiasa kenikmatan yang tinggal dan sederhana. Selanjutnya ia katakan kenikmatan buruk akan tetapi itu bukanlah kenikmatan yang dirasakan oleh orang-orang yang baik, mungkin saja kenikmatan berbeda-beda jenisnya dan kenikmatan baik atau buruk tergantung pada apakah kenikmatan itu berkaitan dengan aktivitas yang baik atau buruk.
Menurut Epihurus dalam Russell (2004: 372) untuk menjaga ketentraman batin, ia menganggap kenikmatan sebagai yang baik, dan tetap memegang teguh, dengan konsistensi yang luar biasa, terhadap segala konsekuensi dari pandangan ini. Kenikmatan adalah awal dan akhir hidup yang penuh berkah
Honis O. Kallsoff dalam Soerjono Soemardjo (1996 : 359) manusia dalam kenyataannya mencari kenikmatan (hedonisme psikologis) dengan prinsip yang mengatakan bahwa mausia seharusnya mencari kenikmatan (hedonisme etis). Disini jelas bahwa hedonisme ialah perbuatan yang diantara segenap perbuatan yang dapat dilakukan oleh seseorang akan membawa orang tersebut merasakan kebahagiaan yang sebesar-besarnya.
2.2 Karakteristik Hedonisme
Karakteristik hedonisme adalah kebendaan dengan ukuran fisik harta, atau apa saja yang tampak, yang dapat dinilai dengan uang. Jadi disini orang yang sudah senang karena harta bendanya yang banyak, sudah sama artinya dengan orang yang bahagia atau dengan kata lain : Bahagia = Kesenangan.
Dalam hal ini, hedonisme dalam pelaksanaannya mempunyai karakteristik, sebagai berikut :
  1. Hedonisme Egoistis
Yaitu hedonisme yang bertujuan untuk mendapatkan kesenangan semaksimal mungkin. Kesenangan yang dimaksud ialah dapat dinikmati dengan waktu yang lama dan mendalam. Contohnya : makan-makanan yang enak-enak, jumlah dan jenisnya banyak, disediakan waktu yang cukup lama untuk menikmati semuanya, seperti pada perjamuan makan ala Romawi. Bila perut sudah penuh, maka disediakan sebuah alat untuk menggitit kerongkongan, dengan demikian isi perut dapat dimuntahkan keluar, kemudian dapat diisi kembali jenis makanan yang lain, sampai puas.
  1. Hedonisme Universal
Yaitu suatu aliran hedonisme yang mirip dengan ulitarisanisme = kesenangan maksimal bagi semua, bagi banyak orang. Contohnya: bila berdansa, haruslah berdansa bersama-sama, waktunya semalam suntuk, tidak boleh ada seorang pun yang absen, ataupun kesenangan-kesenangan lainnya yang dapat dinikmati bersama oleh semua orang.

2.3 Hedonisme di Kalangan Remaja
Paham ini mulai merasuki kehidupan remaja. Remaja sangat antusias terhadap adanya hal yang baru. Gaya hidup hedonis sangat menarik bagi mereka. Daya pikatnya sangat luar biasa, sehingga dalam waktu singkat munculah fenomena baru akibat paham ini. Fenomena yang muncul, ada kecenderungan untuk lebih memilih hidup enak, mewah, dan serbaberkecukupan tanpa harus bekerja keras. Hidup adalah kesempatan untuk bersenang-senang bagi mereka.
 Hal ini bisa dianggap sebagai efek fenomena free sex yang melanda kehidupan kaum muda sekarang. Sudah tentu, jika anggapan tentang seks bebas diterapkan ke tengah-tengah pergaulan remaja, pastilah tidak etis. Sebab, bangsa kita menganut adat-istiadat timur yang menganggap seks sebagai hal yang sakral.
Selain contoh di atas, ada contoh lain, yaitu menjadi pecandu narkoba. Sesungguhnya yang dicari oleh setiap hedonis adalah kenikmatan. Demikian juga bagi para pecandu narkoba. Hanya dengan satu alasan bahwa dengan menggunakannya maka mereka akan mendapat kenikmatan dan kebahagian. Di balik daya tarik dan khasiat dari narkotika tersebut, ternyata akhirnya mendatangkan kerugian yang tidak sedikit bagi pengguna, baik, kesehatan, kehidupan keluarga, bahkan harus sering dibayar dengan nyawa. Hubungan antara narkotika dan hedonisme adalah dikarenakan oleh kejenuhan hidup yang sering dialami oleh pengguna tersebut, dan akhirnya jalan keluar didapati ketika seseorang mengkonsumsi pil atau serbuk penikmat. Beranjak dari pernyataan tersebut maka para pengguna narkoba sesungguhnya selalu menghindari penderitaan.
Hedonisme terjadi karena adanya perubahan perilaku pada masyarakat yang hanya menghendaki kesenangan. Perilaku tersebut lama kelamaan mengakar dalam kehidupan masyarakat termasuk para remaja yang pada akhirnya menjadi seperti sebuah budaya bagi mereka tingkat pengetahuan dan pendidikan juga sangat berpengaruh pada pembentukan sikap mental para remaja.
Budaya hedonisme muncul dari proses pengaruh sosial yang diturunkan dari generasi ke generasi sebagai warisan sosial yang ditiru sebagai hasil dari proses pengaruh sosial. Warisan sosial tersebut terus berkembang mengikuti perkembangan sosial.
Dari sisi sosial, pola interaksi dalam masyarakat beraneka ragam. Di kalangan remaja, kaum hedonis sering dijumpai. Interaksi antar remaja terkotak-kotak pada status sosial yang biasa dilihat dari penampilan fisik. 

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Hedonisme di kalangan remaja melaju dengan sangat pesat. Hal ini dapat dibuktikan dengan kenyataan kenakalan-kenakalan remaja saat ini, yang telah diungkapkan di atas. Demi mencapai sebuah kepuasan yang hanya sesaat, seorang remaja rela melakukan apa saja. Sungguh hedonisme telah merasuki kehidupan remaja dengan sangat mendalam. Keinginan akan hasil yang instan menjadikan manusia-manusia tidak berkualitas lagi.
3.2 Saran
Sebagai usaha dalam membatasi diri dari hedonisme di kalangan remaja, maka hal yang paling penting adalah sebuah kontrol, baik dari dalam diri, maupun dari orang tua sendiri dan kepada siaran TV agar memberikan tayangan-tayangan yang bermutu dan tidak berlebihan, karena dapa merusak moral khususnya kalangan remaja dan anak-anak.

DAFTAR PUSTAKA
http://chapunk-majesty.blogspot.com. 2009. “Budaya Hedonisme”, dalam Chapunk. Diunduh Kamis 14 Juni 2012.
http://sahaka.multiply.com. 2011. “Hedonisme di Kalangan Remaja”, dalam Sahaka. Diunduh Kamis 14 Juni 2012.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar